Sunday, March 13, 2011

peneraspan metode problem based learning untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD N kartasura 04

PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KARTASURA 04 TAHUN PELAJARAN 2010/2011

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah.
Problem Based Learning merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. “Berdasarkan tahapan dalam PBL yang di antaranya adalah menyadari masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, menentukan pilihan penyelesaian” (Wina Sanjaya, 2006: 218). Oleh karena itu dimungkinkan munculnya ide-ide siswa dalam menanggapi dan menyelesaikan permasalahan yang bermakna dan berkualitas sehingga kreativitas siswa dapat muncul dan berkembang.
“Terdapat tiga ciri dalam PBL yang pertama merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pelaksanaan harus dilakukan oleh siswa. Siswa tidak hanya mendengar, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi dalam PBL siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Kedua aktifitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, artinya tanpa masalah tidak mungkin tercipta suasana pembelajaran. Ketiga penyelesaian masalah dilakukan dengan pendekatan berfikir ilmiah” (Wina Sanjaya, 2006: 214).

Tiga ciri PBL tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi makhluk hidup dan lingkungan karena dalam materi makhluk hidup dan lingkungan mudah untuk dihadirkan melalui masalah-masalah untuk dipecahkan secara ilmiah. Banyak masalah yang dapat dikaitkan dengan materi makhluk hidup dan lingkungan misalnya dengan mengkaji tentang punahnya beberapa satwa di Pulau Jawa, atau dampak kerusakan lingkungan bagi kelangsungan hidup binatang dan masih banyak masalah yang lain untuk dikaji dan dihadirkan dalam proses pembelajaran. Masalah tersebut diselesaikan sacara ilmiah oleh siswa dengan berkelompok untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Materi tidak hanya dihafal semata, tetapi siswa memahaminya kemudian mencoba menerapkan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan makhluk hidup dan lingkungan.
“Materi yang dipelajari dengan melibatkan siswa secara aktif maka materi itu akan mudah diingat akhirnya hasil belajar siswa akan meningkat. Pengetahuan yang diperoleh dengan pemecahan masalah yang dikaitkan dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya akan menyebabkan pengetahuan itu akan mudah diingat” (Ari Widodo, 2008: 85).

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 15 Oktober 2010 di SD Negeri Kartasura 04 Kabupaten Sukoharjo selama ini aktivitas belajar siswa kelas IV kurang, meskipun kriteria ketuntasan minimal (KKM) pelajaran IPA adalah 65, artinya bila ada siswa yang belum dapat memperoleh batas minimal tersebut maka dilakukan remidi, hal itu belum dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Siswa kelas IV yang berjumlah 33 siswa sebenarnya sangat efektif bila diterapkan metode yang bervariatif dalam pembelajaran IPA sehingga siswa tidak jenuh. Pembelajaran IPA selama ini hanya sebatas pelajaran yang hanya dihafal saja sehingga dalam prosesnya siswa kurang terlibat, guru menjadi satu-satunya yang menjadi pembicara di kelas setelah guru selesai menerangkan kemudian siswa berlatih soal, dalam proses pembelajaran jarang menggunakan metode yang bervariatif, hal itu menyebabkan siswa belum bisa mengemukakan pendapat, malu bertanya, keberanian untuk menjawab pertanyaan kurang, tidak dapat mengintegrasikan pengetahuan yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah.
Hasil tes pada siswa kelas IV SD Negeri Kartasura 04 pada kegiatan pratindakan oleh peneliti, menunjukkan bahwa hasil tes IPA yang dicapai masih tergolong rendah. Dari keseluruhan siswa kelas IV yang berjumlah 33 siswa, yang memenuhi ketuntasan belajar ada 14 siswa (42,4 %), sedangkan yang tidak memenuhi ketuntasan belajar ada 19 siswa (57,5 %).
Berdasar hasil observasi diketahui faktor penyebab rendahnya nilai mata pelajaran IPA adalah faktor siswa sendiri dan faktor guru. Adapun penyebab dari siswa sendiri adalah siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran karena siswa menganggap IPA sebagai matapelajaran hafalan sehingga kurang serius dalam mengikuti pelajaran. Materi yang diterima hanya dihafal tidak difahami, seolah-olah tidak ada kaitan dengan kehidupan siswa, dan proses pembelajaran kurang bermakna sehingga saat tes lupa tentang materi yag telah dipelajari sebelumnya. Sedangkan dari faktor guru, kurangnya kreativitas guru dalam mempersiapkan pembelajaran yang akan dilakukan. Sebaiknya seorang guru sebelum melakukan suatu proses pembelajaran di kelas dituntut terlebih dahulu untuk dapat memahami keadaan siswanya, dengan demikian guru tahu betul apa yang dibutuhkan oleh siswanya sehingga guru dapat menentukan metode yang cocok dan sesuai dengan siswanya tersebut.
Dalam mengatasi permasalahan, diperlukan metode yang dapat meningkatkan keaktifan, membentuk kepribadian yang unggul pada siswa dalam suasana pembelajaran yang demokratis untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui PTK ini diharapkan ada peningkatan keaktifan siswa yang signifikan. Guru kelas selain sebagai guru mitra peneliti sangat mendukung dalam upaya pencapaian kondisi tersebut. Melalui pembelajaran dengan metode PBL diharapkan lebih aktif, karena siswa akan belajar lebih aktif dalam berfikir, memahami materi secara berkelompok dan siswa lebih mudah menyerap materi pelajaran serta kematangan pemahaman terhadap jumlah materi pelajaran. Berdasar uraian diatas maka dapat dilakukan penelitian dengan judul “PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KARTASURA 04 TAHUN PELAJARAN 2010/2011”


2. Pembatasan Masalah
a. Subjek Penelitian
Siswa kelas IV SD Negeri Kartasura 04 Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan materi makhluk hidup dan lingkungan.
b. Objek Penelitian
Pembelajaran IPA dengan menggunakan strategi pembelajaran Problem Based Learning
c. Parameter yang digunakan adalah peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV.
3. Perumusan Masalah
“Apakah pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Based Learning pada materi makhluk hidup dan lingkungan dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Kartasura 04 ?”
4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan “Untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi makhluk hidup dan lingkungan dengan metode Problem Based Learning pada siswa kelas IV SD Negeri Kartasura 04”.
5. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Akan diperoleh pemecahan masalah dalam penelitian ini dan diperoleh suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA

b. Bagi Guru
Mendapat pengalaman langsung meneliti dengan penelitian tindakan kelas (PTK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan profesi guru dalam mengajar yang semula berperan sebagai pemberi informasi menjadi berperan sebagai fasilitator dan mediator yang dinamis sehingga kegiatan belajar mengajar yang telah dirancang dan dilaksanakan menjadi lebih efektif, efisien, kreatif dan inovatif.
c. Bagi Siswa
Menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan kerjasama, dan kemampuan komunikasi dalam proses pembelajaran sehingga dapat aktif dalam pembelajaran.


B. LANDASAN TEORI
1. Kajian Teori
a. Strategi, Metode dan Pendekatan Pembelajaran
Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer, yang diartikan sebagai cara penggunaan kekuatan militer untuk memenangkan peperangan. Seseorang yang berperan mengatur strategi akan mempertimbangkan/menimbang bagaimana kekuatan yang dimilikinya baik dari dari kualitas dan kuantitas, misalnya kemampuan setiap personal, jumlah dam kekuatan persenjataan, motivasi pasukannya. Selanjutnya ia akan mengumpulkan informasi tentang lawannya baru ia memikirkan siasat peperangan yang harus dilakukan. Dari ilustrasi diatas dapat disimpulkan strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Menurut J.R. David dalam Wina Sanjaya (2006: 126), “strategi adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan”. Jadi strategi adalah segala upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, didalamnya terdapat pendekatan, metode, teknik dan taktik. Penyusunan strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan.
1) Metode
Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu (Ulih bukit karo-karo, 1979: 5). Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2006: 127), “Metode adalah cara yang dapat dilakukan untuk melaksanakan strategi”. Jadi Metode adalah tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
2) Pendekatan
“Pendekatan sebenarnya berbeda dengan strategi, maupun metode, pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran” Wina Sanjaya (2006: 127).
3) Teknik
“Kadang teknik dan taktik sulit di bedakan, teknik merupakan jabaran dari metode pembelajaran” (Wina Sanjaya, 2006: 127). Jadi teknik adalah cara yang diterapkan seseorang dalam rangka menerapkan suatu metode.
4) Taktik
Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Tatik sifatnya lebih individual misalnya, walaupun dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama pasti mereka melakukannya dengan cara yang berbeda, seperti yang satu menggunakan gaya bahasa tertentu agar lebih mudah dipahami .
Dari penjelasan diatas, maka dapat ditentukan bahwa suatu strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana cara menjalankan strategi dapat diterapkan dalam metode pembelajaran. “Dalam menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang relevan dengan metode, dan penggunaan teknik setiap guru menerapkan taktik yang berbeda-beda” (Wina Sanjaya, 2006: 127).
b. Belajar dan Pembelajaran
“Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru” Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 27). “Belajar adalah: proses pemecahan masalah” (Wina Sanjaya, 2006: 122). Sedangkan menurut kamus umum bahasa Indonesia “belajar diartikan berusaha (berlatih dsb) supaya mendapat suatu kepandaian” (Purwadarminta, 1999: 109). Jadi belajar adalah suatu perilaku untuk mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah tertentu.
“Pembelajaran pada pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru” (Wina Sanjaya, 2006: 129). Jadi pembelajaran adalah proses penambahan informasi yang diperoleh dan mengaitkan dengan informasi yang telah diterima sebelumnya.
c. Pengertian IPA
“Secara sederhana, suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala alam” (Tim Iad Mku Ums, 2008: 21). Carin dalam Iskandar (1996: 34), mendefinisikan IPA sebagai “sistem pengetahuan alam semesta melalui pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi dan eksperimen”. Sementara itu Hungerford dan Volk dalam Ari Widodo (2008: 25), mendefinisikan IPA sebagai :
“Proses menguji informasi yang diperoleh melalui metode empiris. Informasi yang diberikan oleh suatu proses yang menggunakan pelatihan yang dirancang secara logis. Kombinasi antara proses berfikir kritis yang menghasilkan produk informasi yang sahih”.

Pembelajaran IPA untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo & Marten dalam Iskandar (1996: 20), sebagai berikut:
“Mengamati apa yang terjadi, mencoba memahami apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar”.

Pengajaran IPA di kelas IV SD sudah membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara ilmiah. Secara umum, prinsip pembelajaran IPA di SD menurut Ari Widodo (2008: 38), adalah : ”prinsip motivasi, prinsip latar, prinsip menemukan, prinsip belajar sambil melakukan, prinsip belajar sambil bermain, prinsip hubungan sosial”.
1) Prinsip Motivasi : motivasi adalah daya dorong seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan. Motivasi ada yang berasal dari dalam atau intrinsik dan ada yang timbul akibat rangsangan dari luar atau ekstrinsik. Motivasi intrinsik akan mendorong rasa ingin tahu, keinginan mencoba, mandiri dan ingin maju.
2) Prinsip Latar : pada hakekatnya siswa telah memiliki pengetahuan awal. Oleh karena itu dalam pembelajaran guru perlu mengetahui pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman apa yang telah dimiliki siswa sehingga kegiatan belajar mengajar tidak berawal dari suatu kekosongan.
3) Prinsip Menemukan : pada dasarnya siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga potensial untuk mencari guna menemukan sesuatu. Oleh karena itu bila diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi tersebut siswa akan merasa senang atau tidak bosan.
4) Prinsip Belajar Sambil Melakukan (learning by doing) : Pengalaman yang diperoleh melalui bekerja merupakan hasil belajar yang tidak mudah terlupakan. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar sebaiknya siswa diarahkan untuk melakukan kegiatan atau ”Learning by doing”
5) Prinsip Belajar sambil Bermain : bermain merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan suasana gembira dan menyenangkan, sehingga akan dapat mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam setiap pembelajaran perlu diciptakan suasana yang menyenangkan lewat kegiatan bermain yang kreatif.
6) Prinsip Hubungan Sosial : dalam beberapa hal kegiatan belajar akan lebih berhasil jika dikerjakan secara berkelompok. Dari kegiatan kelompok siswa tahu kekurangan dan kelebihannya sehingga tumbuh kesadaran perlunya interaksi dan kerja sama dengan orang lain.
Dari prinsip-prinsip tersebut nampak bahwa semuanya dalam rangka menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa senang sehingga mereka akan terlibat aktif dalam pembelajaran. Untuk menunjang penerapan prinsip-prinsip tersebut di atas guru dalam mengelola pembelajaran perlu :
1) Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, karena belajar akan bermakna apabila berhubungan langsung pada permasalahan lingkungan sekitar siswa.
2) Menggunakan media dan sumber belajar yang bervariasi dan sesuai dengan tahap perkembangan serta kreatif menghadirkan alat bantu pembelajaran
3) Menyajikan kegiatan yang bervariasi sehingga tidak membuat siswa jenuh.


d. Problem Based Learning

“Problem Based Learning (PBL) diartikan sebagai aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang di hadapi secara ilmiah” (Wina Sanjaya, 2006: 214). Terdapat 3 ciri utama dari pembelajaran berbasis masalah (Wina Sanjaya, 2006: 215), ” PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, diarahkan menyelesaikan masalah, pemecahan masalah menggunakan pendekatan berfikir ilmiah”.
1) PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran,artinya dalam implementasi PBL ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBL tidak mengharapkan siswa sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran akan tetapi melalui PBL siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan.
2) Diarahkan menyelesaikan masalah, artinya PBL menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3) Pemecahan masalah menggunakan pendekatan berfikir ilmiah. “Berfikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berfikir deduktif dan induktif”. Proses berfikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berfikir melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya penyelesaian masalah didasarkan pada fakta-fakta yang jelas. Jadi Problem Based Learning adalah pembelajaran dengan menyajikan masalah-masalah di lingkungan yang ada kaitannya dengan materi yang dibahas untuk dicari pemecahannya.
Hakekat masalah dalam PBL adalah Gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dengan adanya keresahan, keluhan, kerisauan atau kecemasan. Oleh karena itu, maka materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Pada pelajaran IPA, PBL merupakan salah satu pembelajaran yang cukup menarik dan sudah siap untuk digunakan, pembelajaran berdasarkan masalah mengajak siswa-siswa dalam penyelesaian kasus permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan IPA, meningkatkan minat diskusi di antara siswa dan mendorong kegiatan belajar. Suatu lingkungan yang menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah lebih baik daripada praktik kerja/magang dan mampu membentuk para pembelajar untuk belajar dari sendiri, pembelajaran berdasarkan masalah juga lebih baik dari pada satu lingkungan yang menggunakan proses pembelajaran mimetis dimana siswa hanya melihat, mengingat, dan mengulang apa yang sudah mereka katakan
Peranan guru dalam PBL adalah untuk mengajukan permasalahan, pertanyaan, dan menyediakan fasilitas yang diperlukan siswa, memberi dukungan dalam upaya meningkatkan inkuiri dan perkembangan intelektual siswa. Oleh karena itu dalam pengajaran berdasarkan masalah diperlukan situasi masalah yang autentik dan bermakna untuk disajikan kepada siswa yang dapat memberikan bantuan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Wina Sanjaya (2006: 216), “PBL dilakukan melalui 6 langkah : menyadari masalah, merumuskan masalah, menetukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, menentukan pilihan penyelesaian”.
1) Menyadari masalah,
Pada tahap ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau Gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada. Mungkin pada tahap ini siswa dapat menemukan kesenjangan lebih dari satu, akan tetapi guru dapat mendorong siswa agar menentukan satu atau dua kesenjangan yang pantas untuk dikaji melalui kelompok besar atau kelompok kecil atau bahkan individual.
2) Merumuskan masalah
Bahan pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari kesenjangan, selanjutnya difokuskan pada masalah yang akan dikaji. Rumusan masalah sangat penting, sebab selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan peresepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus dikumpulkan untuk menyelesaikanya. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam langkah ini adalah siswa dapat menemukan prioritas masalah. Siswa dapat memanfaatkan pengetahuanya untuk mengkaji merinci, dan menganalisis masalah sehingga pada akhirnya muncul rumusan masalah yang jelas, spesifik, dan dapat di pecahkan.
3) Merumuskan hipotesis
Siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang diselesaikan. Melalui analisis sebab akibat inilah pada akhirnya siswa diharapkan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah. Dengan demikian, upaya yang dapat dilakukan selanjutnya adalah mengumpulkan data sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
4) Mengumpulkan data
Siswa didorong untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan pada tahap ini adalah kecakapan siswa mengumpulkan, memilah data, kemudian memetakan dan menyajikanya dalam berbagai tampilan sehingga mudah difahami.
5) Menguji hipotesis
Berdasarkan data yang dikumpulkan, akhirnya siswa menentukan hipotesis mana yang diterima dan di tolak. Kemampuan siswa yang diharapkan pada tahapan ini adalah kecakapan menelaah data dan sekaligus membahasnya dengan masalah yang dikaji. Disamping itu siswa dapat mengambil keputusan dan simpulan.

6) Menentukan pilihan penyelesaian
Kemampuan yang diharapkan pada tahapan ini adalah kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi sehubungan alternatif yang dipilihnya, termasuk memperhitungkan akibat yang terjadi pada setiap pilihan.
Problem Based Learning menurut Wina Sanjaya (2006: 220), memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan sebagai berikut :
1. Kelebihan :
a) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran.
b) Menantang siswa, serta memberi kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c) Membantu siswa bagaimana cara mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
d) Siswa dapat mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab pada pembelajaran yang mereka lakukan.
e) Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berfikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan sekedar belajar dari buku atau guru.
f) Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
g) Meningkatkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis.
h) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan yang dimiliki kedalam dunia nyata.
i) Mengembangkan minat siswa untuk terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal berakhir.

2. Kelemahan :
a) Manakala siswa tidak memiliki minat maka mereka akan enggan untuk mencoba.
b) Membutuhkan cukup waktu dan persiapan.
c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha memecahakan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.


e. Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (1990: 23), “hasil belajar adalah akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan”. Sedangkan menurut Abdurrahman (1999: 37), “hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. Jadi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Hasil belajar dapat dilihat dengan melakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai materi atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Hasil belajar dapat dilihat dari nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (sub formatif) dan nilai ulangan semester (sumatif), dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran IPA. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam setiap semester. Tujuan ulangan harian untuk memperbaiki modul dan program pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi para peserta didik.
f. Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Suhardjono (2006: 58), “PTK adalah penelitian tindakan (Action Research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya”. “PTK dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif” (Rochiati Wiriatmaja, 2006: 16). Kolaboratif artinya guru tidak melakukan penelitian sendiri ada kemungkinan bekerjasama dengan guru lain. Partisipatif artinya melibatkan orang yang melakukan kegiatan untuk meningkatkan praktiknya sendiri. Demikian menurut Supardi (2006: 103), “penelitian tindakan kelas merupakan bentuk investigasi yang bersifat reflektif kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk perbaikan sistem dan metode kerja”.
Suharsimi Arikunto (2006: 20), “Penelitian tindakan kelas dilakukan dilakukan melalui beberapa tahap antara lain : Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, Refleksi”.
1.Perencanaan atau (planing) menjelaskan tentang apa, kapan dan dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
2.Tindakan (action) pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan mengenai tindakan di kelas.
3.Pengamatan (observing) kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat.
4.Refleksi (reflecting) merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan
Suhardjono (2006: 61), “tujuan PTK adalah untuk memecahkan permasalahan akan sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan”. PTK juga bertujuan meningkatkan kegiatan nyata guru dalam mengembangkan profesionalnya. Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dengan interaksi guru dengan siswa yang sedang belajar. “PTK terdiri empat rangkaian yang dilakukan dalam siklus berulang keempat siklus tersebut yaitu ; perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi” (Suharsimi Arikunto, 2006: 20) yang dapat digambarkan sebagai berikut :



Siklus I



siklus II


Menurut Dewa Komang Tantra dalam skripsi Tina (2009: 16), dalam pelaksanaan PTK harus memperhatikan 6 prinsip dasar yang melandasi PTK, yaitu :
“Tugas guru yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Penelitian merupakan bagian integral dari pembelajaran yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun pengumpulan data. Meneliti yang merupakan bagian integral dari pembelajaran, harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Masalah yang ditangani adalah masalah pembelajaran yang riil dan merisaukan tanggung jawab profesional dan komitmen terhadap mutu pelajaran. Konsisten sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatakan kualitas pembelajaran yang sangat diperlukan. Cakupan permasalahan penelitian tidak seharusnya dibatasi pada permasalahan pembelajaran dikelas, tetapi dapat diperluas pada tataran diluar kelas”.

2. Kerangka pemikiran
Dalam kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari masalah, masalah selalu datang silih berganti, bahkan tidak sedikit manusia yang mengakhiri hidupnya karena tidak dapat menyelesaikan masalah yang terjadi karena menganggap dengan mengakhiri kehidupan ia dapat terlepas dari masalah yang melilit selama hidupnya, dalam dunia pendidikan juga demikian halnya. Di lingkungan sekolah banyak masalah-masalah yang timbul, dengan kita selalu berusaha untuk memecahkan masalah yang terjadi maka kita bisa sukses dalam dunia dan akherat kelak. Dengan mengaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran yaitu dengan menyajikan masalah yang timbul di sekitar dan dikemas dengan mengaitkan materi yang dipelajari menjadikan pembelajaran lebih mudah diingat oleh siswa sehingga hasil belajar IPA akan lebih baik.

3. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan suatu hipotesis tindakan sebagai berikut: “Penerapan metode Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas VI SD Negeri Kartasura 04 Tahun Pelajaran 2010/2011.”


C. METODE PENELITIAN
1.Seting Penelitian
a. Tempat
Lokasi penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti adalah
SD Negeri Kartasura 04 yang berada di kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo
b. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2011.
NO Rencana Kegiatan Waktu (minggu ke)
1 2 3 4 5 6
1 Persiapan
Menyusun konsep pelaksanaan X
Menyepakati jadwal tugas X
Menyusun instrument X
2 Pelaksanaan
Menyiapkan kelas dan alat X
Melakukan siklus I X XX
Melakukan siklus II XX X
3 Penyusunan laporan
Menyusun konsep laporan X
Seminar hasil penelitian X
Perbaikan laporan X
Pengadaan dan pengiriman hasil X
2. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dengan sengaja dilakukan untuk merencanakan, melaksanakan kemudian mengamati dampak dari pelaksanaan tindakan tersebut pada subyek penelitian. Penelitian dilakukan melalui tiga siklus tindakan dimana masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi untuk mengambil keputusan dalam pelaksanaan siklus berikutnya. Adapun subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV semester genap tahun 2010/2011. Sedangkan obyeknya adalah penerapan metode problem based learning untuk meningkatkan hasil belajar IPA.

3. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas sehingga dalam pelaksanaannya melibatkan guru kelas yang berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang efektif, sehingga memungkinkan adanya tindakan yang diulang dan revisi untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap siswa khususnya matapelajaran IPA. Peneliti bekerjasama dengan guru kelas yang berpacu pada penelitian tindakan kelas yang menggunakan prosedur sebagai berikut :
a. Dialog Awal.
Dialog awal dilakukan dengan adanya pertemuan antara peneliti dengan guru kelas untuk menyampaikan maksud tujuan peneliti dan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi guru pada saat proses pembelajaran berlangsung yang meliputi hasil belajar siswa baik dalam konsentrasi, kesiapan mengikuti pelajaran, pengajuan pertanyaan dan nilai rata-rata harian. Pertemuan tersebut dilaksanakan sekaligus mengutarakan maksud dan tujuan panelitian yang akan dilaksanakan.
b. Perencanaan Tindakan
1) Proses pembelajaran akan dilakukan dengan pembelajaran Problem Based Learning.
2) Membuat kesepakatan dengan guru kelas mengenai materi yang akan diajarkan.
3) Merancang program pembelajaran meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar penilaian kognitif, lembar penilaian afektif, soal post test serta materi yang akan dilaksanakan.
4) Sebelum pelaksanaan pembelajaran peneliti dan guru bersama menyamakan persepsi dalam proses pembelajaran.
c. Pelaksanaan Tindakan
Dalam melaksanakan tindakan peneliti melaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Problem Based Learning dalam usaha kearah perbaikan. Namun perencanaan sesuai dengan keadaan yang terjadi dalam proses pelaksanaan dilapangan. Proses pembelajaran pada tahap ini mengarah pada pokok permasalahan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Kartasura 04 dengan menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning yang ditunjukan kedalam ranah kognitif dan afektif.
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Problem Based Learning sebagai berikut :
1) Memberi apersepsi awal.
2) Menjelaskan strategi pembelajaran Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah) kepada siswa.
3) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6-7 siswa.
4) Memberi masalah tentang punahnya beberapa hewan di pulau jawa.
5) Setiap kelompok membuat pemecahan masalahnya.
6) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi, dilanjutkan tanya jawab.
7) Penegasan dan penambahan materi oleh guru.
8) Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
d. Observasi
Observasi dilaksanakan berdasar dengan proses pembelajaran. Pengamatan terhadap jalannya proses pembelajaran dilakukan oleh peneliti yang dibantu guru kelas.
Pada tahap ini dilakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi dalam proses pembelajaran. Pengumpulan data ini dimasukkan dalam penilaian afektif yang telah disusun post test dan keaktifan. Berdasar data tersebut kemudian dilakukan analisis, refleksi, dan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan.
e. Refleksi
Pada tahap ini dimaksudkan untuk menguasai secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan selanjutnya. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan tindakan ulang dan pengamatan ulang.
f. Evaluasi
Kegiatan ini sebagai proses pengumpulan, mengolah dan menyajikan informasi sehingga bermanfaat untuk pengambilan tindakan antara dialog awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi , dan evaluasi yang merupakan proses yang saling terkait secara sistematis dan berkesinambungan mata pelajaran IPA SD Negeri Kartasura 04 tahun ajaran 2010/2011 yang meliputi ranah kognitif dapat dilihat dari keaktifan siswa yang berkaitan dengan perasaan emosi, sikap penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek.
Sutama dalam skripsi Tina (2009: 29), “penelitian tindakan kelas merupakan penelitian bersiklus yang terdiri dari rencana, aksi atau tidakan, observasi dan refleksi yang dilaksanakan secara berulang”.


















Sutama dalam skripsi Tina (2009: 30)

4. Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian dalam penelitian ini digunakan metode sebagai berikut :


a. Wawancara
Wawancara merupakan merupakan bentuk komunikasi berupa pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh informasi yang diperlukan peneliti untuk mendapatkan informasi daru guru kelas IV SD Negeri Kartasura 04 mengenai kondisi siswa, baik dalam pembelajaran maupun metode yang sering digunakan guru dalam mengajar IPA.
b. Observasi
“Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis” (Arikunto, 1998: 28).
Pengumpulan data melalui observasi dilakukan sendiri oleh peneliti pada kelas yang dijadikan sampel, yaitu untuk mengetahui gambaran secara langsung kegiatan belajar siswa di kelas selama proses pembelajaran IPA. Setelah itu, peneliti melakukan identifikasi terhadap masalah-masalah yang muncul selama proses pembelajaran IPA. Selanjutnya peneliti yang dibantu guru kelas berusaha mencari solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
c. Tes
Arikunto (1998: 150), “tes adalah serentetan pertanyaan/latihan/ alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan bakat yang dipilih oleh individu/kelompok”.
Dalam hal ini peneliti langsung mengadakan tes dalam bentuk uraian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang telah dijelaskan dan untuk memperoleh data peningkatan hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran Problem Based Learning.
d. Catatan Lapangan
Catatan lapangan yaitu catatan tertulis tentang apa yang di dengar, dilihat, dan dipikirkan dalm rangka pengumpulan data, catatan lapangan merupakan sumber data yang penting. Kekayaan data yang dalam catatan memantau secara deskriptif kegiatan, suasana kelas dan berbagai bentuk interaksi.
e. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh/mengetahui sesuatu dengan buku-buku atau arsip yang berhubungan dengan yang diteliti.
Dalam hal ini, dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah dan identifikasi siswa antara lain seperti nama siswa dan nilai hasil belajar siswa sebelum menerapkan metode pembelajaran Problem Based Learning. Selain itu juga dokumen foto pada saat tindakan penelitian.
5. Validitas Data
Untuk menjamin pemantapan dan kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian, maka dipilih cara yang yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi. Menurut Moleong dalam Sukardi (2006: 106), “Triangulasi tidak lain adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu kejadian yang diluar data itu untuk keperluan pengecekan sebagai pembanding terhadap data-data yang ada”.
Tujuan penggunaan triangulasi oleh peneliti utamanya adalah untuk melakukan cross check data yang diperoleh dari lapangan, sehingga dalam melakukan analisis hanya data yang valid.
Dalam penelitian ini menggunakan dua macam triangulasi, yaitu triangulasi sumber data yang berupa informasi dari tempat, tindakan dan dokumen yang memuat catatan yang berkaitan dengan data yang dimaksudkan, dan triangulasi teknik atau metode pengumpulan data yang berasal dari angket motivasi belajar dan hasil postest.
6. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilakukan. Teknik analisis yang digunakan adalah media alur. Teknik ini terdiri dari 3 kegiatan yaitu reduksi data, penyajian/paparan data dan penarikan kesimpulan.
Reduksi data proses penyederhanaan data yang diperoleh melalui pengamatan dengan cara memilih data sesuai dengan kebutuhan penelitian. Dari pemilihan data tersebut, kemudian dipaparkan lebih sederhana menjadi paparan yang berurutan berupa paparan data dan akhirnya ditarik kesimpulan dalam bentuk pernyataan kalimat yang singkat dan padat, tetapi mengandung pengertian yang luas.


7. Indikator Pencapaian
Penerapan metode pembelajaran Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) dalam proses pembelajaran IPA pada siswa kelas VI SD Negeri Kartasura 04 diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Tinggi rendahnya hasil belajar siswa diperoleh dari hasil postest di akhir proses pembelajaran dengan strategi Problem Based Learning.
Dalam hal ini peneliti menganggap bahwa proses pembelajaran dengan metode pembelajaran Problem Based Learning berhasil apabila pada hasil belajar siswa, 80% siswa dapat mencapai nilai 65 di atas nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Hal ini berarti pembelajaran dengan metode Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar yang pada akhirnya berpengaruh pada hasil belajarnya.








DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2001a. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi.2006.b.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:Bumi Aksara
Arikunto, Suharsismi. 1998c. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bumi Aksara.
Dewa Komang Tantra.2005. Konsep Dasar dan Karakteristok PTK.Denpasar : Dirjen Dikti
Dimyati dan Mudjiono.2006.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka Cipta
Iskandar,Srini,M.1996.Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.Jakarta : Depdikbud&Dikti
Purwadarminta W.J.S. 1999.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Retes, Tina E.K.2009.Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi Pada Pokok Bahasan Pentingnya Keanekaragaman Makhluk Hidup Dengan Menggunakan PBL (Prroblem Based Learning) Siswa Kelas VII D SMP Negeri 2 Banyudono Tahun ajaran 2008/2009. tidak diterbitkan
Rochiati Wiriatmaja.2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sanjaya,Wina.2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Bandung: Prenanda Media Group
Sudjana, Nana. 1990.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Suhardjono.2006.Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Bina Aksara
Sukardi, 2006. Penelitian Kualitatif Naturalistik Dalam Pendidikan.Yogya: Usaha Keluarga.
Supardi.2006. Penelitian Tindakan Kelas Beserta Proposal Dan Laporannya. Jakarta: Bina Aksara
Sutama.2000.Peningkatan Efektifitas Pembelajaran Melalui Gaya Belajar Guru.Yogyakarata: UNY
Tim Iad Mku Ums.2008.Ilmu Kealaman Dasar.Surakarta:Muhmmadiyah University Press
Tim Karya Bina Guru.2008.IPA SD Untuk Sekolah Dasar Kelas IV.Jakarta : Erlangga
Ulih Bukit Karo-karo.1979. Metodologi Pengajaran . Salatiga : CV Saudara
Widodo,Ari dkk.2008. Pendidikan IPA di SD. Bandung: Upi press







PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS IVSD NEGERI
KARTASURA 04 TAHUN PELAJARAN 2010/2011


Proposal Penelitian
Untuk Skripsi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar





Disusun Oleh:
DANANG SUGENG RIYADI
A510 070 082

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011

PENGESAHAN
Proposal penelitian skripsi berjudul

PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KARTASURA 04 TAHUN PELAJARAN 2010/2011


Diajukan Oleh :
DANANG SUGENG RIYADI
A510 070 082


Telah disetujui dan disahkan


Pembimbing I






Dra. Suparti, Msi
Tanggal :



Pembimbing II






Drs. Suwarno, SH, M.Pd
Tanggal :

0 comments:

Post a Comment